Selasa, 17 Maret 2009

Persiapan Riau Mencapai 70 Persen



KESIAPAN infrastruktur di Riau untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 telah mencapai 70 persen. Hal ini berlaku bagi venue baru maupun yang lama sehingga hanya perlu melalui tahap rehabilitasi.

"Kami pastikan venue yang berada di sekitar Pekanbaru tahapnya sudah rampung 70 persen. Pembangunannya sendiri sudah dibagi dalam beberapa tahap sejak 2008. Sebagai contoh dana yang dianggarkan untuk stadion utama sudah dianggarkan sejak 2008 dan pembangunannya sedang dilakukan tahun ini," kata Gubernur Riau Rusli Zainal di sela-sela Rapat Anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat di Jakarta, Selasa (17/3).

Diperkirakan pembangunan stadion utama yang berkapasitas 43 ribu tempat duduk tersebut ini akan selesai akhir tahun 2011. Keputusan Riau sebagai tuan rumah PON sendiri telah ditetapkan sejak 12 Agustus 2006.

Lebih lanjut Rusli mengatakan beberapa venue dibangun di kawasan kampus. Ada empat lokasi yang dipilih untuk pembangunan venue, yakni Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Negeri Islam, dan Universitas Lancang Kuning.

"Saat ini venue yang sudah selesai adalah kolam renang, hall basket, sport center, gelanggang olahraga, dan lapangan golf."

Sebanyak 30 cabang akan dipertandingkan di PON 2012. "Diutamakan cabang olimpiade yang akan dimasukkan. Namun, sebagai tuan rumah kami mengusulkan cabang aerosport dan tarung drajat untuk dimasukan dalam nomor pertandingan," kata Rusli.

Persiapan lain yang dilakukan panitia adalah pembenahan Bandara Syarif Kassim. Tak hanya itu lima hotel berbintang lima juga siap dibangun, namun baru lima yang rampung, yakni Hotel Novotel, Aryaduta, dan Grand Laversa.

Untuk pasokan listrik selama kegiatan PON, pihaknya berencana menambah daya hingga mencapai 2x100 megawatt ke PLN. Sedangkan untuk perkampungan atlet, akan dibangun tiga unit rusunawa (rumah susun sewa) untuk menampung 1.200 atlet.

Meski banyak yang harus dibangun, Rusli menjamin dana yang dibutuhkan tidak sebesar PON 2008 di Kalimantan Timur. "Dana yang dibutuhkan mencapai Rp2,5 triliun. Bandingkan dengan PON Kaltim yang biaya penyelenggaraannya sebesar Rp4,5 triliun," katanya.

Dana tersebut bersumber dari share antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan pemerintah kota. Namun, Rusli enggan merinci berapa persen komposisi dari masing-masing pihak. "Selain itu, kami juga tengah menjajaki tambahan dana dari pihak ketiga," katanya.

Disinggung soal kesiapan atlet Riau, Rusli mengungkapkan pembinaan secara teknis dan khusus telah dilakukan lewat program Riau Bangkit. Selain itu lewat ajang Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan PPLP membuat Riau tidak perlu mengiming-imingi atlet luar daerah untuk dijaring Riau.

Selain itu para atlet yang berprestasi pada PON sebelumnya mendapat dana kesejahteraan Rp2,5 juta per bulan (peraih emas), Rp2 juta (peraih perak), dan Rp1 juta (perunggu). Hal ini berlaku juga bagi pelatih.

Prestasi atlet Riau sendiri selama tiga kali penyelenggaraan PON telah mengalami peningkatan, yakni dari peringkat 18 (PON Jawa Timur), peringkat 11 (PON Sumatera Selatan), dan peringkat 10 (PON Kaltim).

Ke depannya Rusli berharap venue yang telah digunakan PON akan dapat terus digunakan. "Saya telah memikirkan agar venue dapat dimanfaatkan 25-30 tahun ke depan," katanya.



Dipublikasikan di Jurnal Nasional halaman 7 suplemen top soccer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar