Di balik keindahan yang disuguhkan, ternyata balet mengandung banyak variasi gerakan
Kelembutan dan keindahan seolah menyatu dalam balet. Sulit memang mendefinisikan balet termasuk olahraga atau tarian. Olahraga yang satu ini memang identik dengan keindahan. Tak heran mayoritas orang yang mempelajari balet adalah kaum hawa, namun tidak menutup kemungkinan dipelajari oleh kaum adam.
Di balik keindahan yang disuguhkan ternyata balet juga menyuguhkan aktivitas olah tubuh melalui gerakannya yang bervariasi. Saat ini balet telah menjadi bagian dari sebuah karya seni yang ditampilkan baik itu melalui tarian ataupun seni peran.
Balet sendiri bukan berasal dari Indonesia. Mulanya balet berakar dari pertemuan ningrat Italia pada masa pencerahan. Selanjutnya, balet dikembangkan dalam ballet de cour, yaitu dansa sosial yang dilakukan bersama musik, pidato, berpuisi, nyanyian, dekor, dan kostum oleh para ningrat Prancis.
Balet kemudian berkembang sebagai bentukan seni tersendiri di Prancis pada masa pemerintahan raja Louis XIV yang sangat mencintai seni tari dan bertekat untuk memajukan kualitas seni tari pada masa itu. Saking cintanya sang raja akhirnya memutuskan mendirikan Académie Royale de Danse pada tahun 1661, dan pada tahun yang sama, balet komedi karya Jean-Baptist Lully ditampilkan.
Karena keindahannya pula banyak komik yang mengadaptasi balet ke dalam kisah komiknya bahkan sampai bisa memengaruhi pembacanya untuk belajar balet. Salah satu yang terinspirasi tersebut adalah Tania salah satu pengajar Sekolah Balet Namarina, Halimun.
Ditemui Jurnal Nasional di sela-sela rutinitasnya mengajar, Tania menuturkan awal ketertarikannya belajar balet muncul setelah membaca serial komik balet Jepang Mari-Chan. Komik ini sempat terkenal pada era 90-an.”Saya tertarik karena melihat baju-baju balet yang bagus, awalnya saya sempat belajar senam ritmik,” katanya.
Akhirnya Tania kecil yang masih berusia 8 tahun pada tahun1992, meminta kepada orang tuanya untuk belajar balet. Kemudian dipilihlah sekolah balet Namarina untuk belajar. Saat ini di usianya yang ke-23 tahun, Tania telah menjadi asisten pengajar untuk grade 5 atau kelas menengah untuk anak usia 12 tahun di Namarina.
Setelah belajar di sekolah balet yang didirikan pada 1956 oleh Nanny Lubis, Tania sempat mengikuti berbagai kejuaraan dan pernah meraih juara kedua dalam lomba koreografi antarsekolah berkat belajar balet.
“Manfaat balet bisa melatih otot badan sehingga badan bisa lebih lentur. Balet sendiri merupakan bagian dari seni tari selain sebagai olahraga. Selain itu bisa jadi sarana refreshing dan menyegarkan otak. Pokoknya fun,” ujarnya lagi. Yang dimaksud menyegarkan otak karena pengaruh musik klasik yang mengiringi setiap tarian balet.
Bagi yang ingin belajar balet secara serius menurut Tania hendaknya dimulai sejak usia 3 tahun, karena pada usia demikian badan dan tulang masih mudah dibentuk. Apalagi balet banyak mengandalkan tumpuan pada tumit kaki.
Salah satu Sekolah Balet yakni Namarina menawarkan berbagai macam kelas mulai dari Pre Ballet (3-5 tahun), Pre Primary, Primary Grade (1-5), Grade 6-8, hingga kelas intermediate foundation s/d advanced 2.
Kelas-kelas ballet di Namarina mengadaptasi sistem dari The Royal Academy of Dance (RAD ), London, dengan ujian kenaikan tingkat serta memperoleh sertifikat dari Namarina dan sertifikat dari RAD. Penguji untuk ujian Higher Grades ( Grade 6 , 7, 8 ) dan Vocational Graded ( Intermediate Foundation ‘“ Advanced 2 ) didatangkan langsung dari RAD, London. Oleh karena itu, sertifikat untuk level ini dikeluarkan langsung oleh RAD, London , Inggris.
Ketelitian dan disiplin sangat diperlukan dalam mempelajari balet melalui kemampuan teknik, kematangan fisik dan performance. Dengan hasil yang baik tak jarang banyak penari balet dalam negeri dipanggil ke luar negeri untuk mempelajari balet lebih dalam di Prancis dan Italia, ataupun negara-negara Eropa lainnya.
Selain itu Namarina juga sering mengadakan pertunjukan Balet, entah itu dalam rangka ujian ataupun untuk pementasan umum. Seperti pada 24-25 November tahun lalu Namarina mementaskan Nut Cracker di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
Selain murid perempuan, ada pula murid laki-laki yang ikut belajar. Salah satunya adalah Ziko. “Saya belajar balet karena dianjurkan guru kelas jazz saya di Namarina sebagai variasi,” katanya. Selain itu lelaki yang saat ini sedang kuliah di Universitas Trisakti angkatan 2005 ini memang senang menari sejak masih sekolah di Kanisius. Setelah belajar di Namarina dia kerapkali pentas bersama Namarina karena di sekolah balet tersebut baru ada 4 orang laki-laki, sehingga otomatis dirinya mendapat peran untuk pementasan.
Meski laki-laki sendiri, Zico tidak canggung berlatih dengan anak-anak perempuan. Baginya yang terpenting adalah dia bisa terus belajar untuk mengembangkan kemampuannya menari. “Belajar balet bisa membuat postur tubuh bagus,” katanya.
Murid lain, Vina (11) telah belajar balet sejak usia 4 tahun. Siswi kelas 5 SD Perguruan Cikini ini menuturkan banyak manfaat yang dia dapat dari balet. ”Saya jadi nggak pemalu lagi karena sering pentas.”
Terakhir Vina sempat ikut pementasan cerita Barbie di beberapa mal. Meski capek, namun Vina menikmati belajar balet. “Saya ingin jadi penari balet terkenal nantinya,” ujar gadis berperawakan paling mungil di antara teman-temanya yang berlatih sore itu di Namarina. Biasanya Vina yang saat ini tengah belajar di grade 5 rutin berlatih setiap 2 minggu sekali selama 1,5- 2 jam setiap pertemuan.
Bagi yang sudah dewasa tak perlu berkecil hati karena menurut Tania orang dewasa masih bisa belajar balet lewat jazz balet. Tertarik untuk mencoba?
Delia Mustikasari
Dimuat di Harian Jurnal Nasional edisi Minggu, 24 Februari 2008
Selasa, 01 September 2009
Atlet Top Bisa Tak Tampil
Pengurus Besar Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) memutuskan atlet top seperti Suryo Agung Wibowo dan Dedeh Erawati ada kemungkinan batal tampil di ajang Islamic Solidarity Games II yang akan dihelat di Iran 15-29 Oktober mendatang.
PASI beralasan para atlet top tersebut lebih difokuskan untuk persiapan SEA GAMES (SEAG) XXV Laos 2009. Komandan SEAG XXV Djoko Pramono mengatakan ajang Islamic tidak sesuai dengan level Suryo ataupun Dedeh.
"PASI tidak ingin para atlet utamanya terkena risiko cedera. Karena itu mereka tidak dikirim," kata Djoko di Gedung KONI, Senin (31/8).
Padahal, menurut dia aturan di Islamic sudah jelas. Peserta adalah atlet yang tengah dipersiapkan untuk SEAG, karena mereka tengah dalam proses program latihan. "Untuk itu mereka perlu uji tanding. Saya menyayangkan jika kesempatan ini dilewatkan begitu saja. Padahal, banyak cabang lain yang ingin berangkat," ujar Djoko lagi.
Pernyataan tersebut didapat pria yang juga Ketua Olympic Solidarity Komite Olimpiade Indonesia (KOI) saat Manajer PAL Paulus Lay melaporkan kesiapan atlet yang akan berangkat. "Yang jelas saya berpesan kepada mereka agar jangan mengirim atlet lapis kedua atau tiga.Mereka belum memenuhi kualifikasi, takutnya akan tampil memalukan di sana."
Sementara Sekjen PASI Tigor Tanjung menjelaskan yang dimaksud dengan pernyataan tidak sesuai dengan level Suryo Agung dipertimbangkan saat harus berhadapan dengan atlet Qatar. Dikhawatirkan mental Suryo akan drop jika tampil kurang baik dan akan berimbas kepada penampilannya di Laos.
Cabang atletik mendapat jatah paling banyak,yakni enam orang. Diikuti oleh cabang angkat besi (5 orang), menembak (5 orang), taekwondo (3 orang). Total ada 23 atlet yang akan turun. Sementara cabang tenis meja dan gulat belum memasukan nama atletnya. Adapun cabang yang berangkat dengan biaya sendiri adalah taekwondo dan gulat.
Cabang yang berangkat lewat kocek PB akan mengeluarkan biaya senilai US$50 (Rp500 ribu) per hari. Biaya tersebut merunut dari ketentuan National Olympic Committee (NOC).
Semula cabang renang juga mendapat jatah untuk berangkat oleh KOI, namun Manajer Program Atlet Andalan renang Bambang Udaya menyatakan bahwa event Islamic Solidarity dan Asian Indoor Games tidak masuk dalam kalender mereka. “Kami lebih fokus menyiapkan diri di SEA Games saja.”
diterbitkan di Jurnal Nasional, halaman Top Soccer edisi selasa 1 September 2009
PASI beralasan para atlet top tersebut lebih difokuskan untuk persiapan SEA GAMES (SEAG) XXV Laos 2009. Komandan SEAG XXV Djoko Pramono mengatakan ajang Islamic tidak sesuai dengan level Suryo ataupun Dedeh.
"PASI tidak ingin para atlet utamanya terkena risiko cedera. Karena itu mereka tidak dikirim," kata Djoko di Gedung KONI, Senin (31/8).
Padahal, menurut dia aturan di Islamic sudah jelas. Peserta adalah atlet yang tengah dipersiapkan untuk SEAG, karena mereka tengah dalam proses program latihan. "Untuk itu mereka perlu uji tanding. Saya menyayangkan jika kesempatan ini dilewatkan begitu saja. Padahal, banyak cabang lain yang ingin berangkat," ujar Djoko lagi.
Pernyataan tersebut didapat pria yang juga Ketua Olympic Solidarity Komite Olimpiade Indonesia (KOI) saat Manajer PAL Paulus Lay melaporkan kesiapan atlet yang akan berangkat. "Yang jelas saya berpesan kepada mereka agar jangan mengirim atlet lapis kedua atau tiga.Mereka belum memenuhi kualifikasi, takutnya akan tampil memalukan di sana."
Sementara Sekjen PASI Tigor Tanjung menjelaskan yang dimaksud dengan pernyataan tidak sesuai dengan level Suryo Agung dipertimbangkan saat harus berhadapan dengan atlet Qatar. Dikhawatirkan mental Suryo akan drop jika tampil kurang baik dan akan berimbas kepada penampilannya di Laos.
Cabang atletik mendapat jatah paling banyak,yakni enam orang. Diikuti oleh cabang angkat besi (5 orang), menembak (5 orang), taekwondo (3 orang). Total ada 23 atlet yang akan turun. Sementara cabang tenis meja dan gulat belum memasukan nama atletnya. Adapun cabang yang berangkat dengan biaya sendiri adalah taekwondo dan gulat.
Cabang yang berangkat lewat kocek PB akan mengeluarkan biaya senilai US$50 (Rp500 ribu) per hari. Biaya tersebut merunut dari ketentuan National Olympic Committee (NOC).
Semula cabang renang juga mendapat jatah untuk berangkat oleh KOI, namun Manajer Program Atlet Andalan renang Bambang Udaya menyatakan bahwa event Islamic Solidarity dan Asian Indoor Games tidak masuk dalam kalender mereka. “Kami lebih fokus menyiapkan diri di SEA Games saja.”
diterbitkan di Jurnal Nasional, halaman Top Soccer edisi selasa 1 September 2009
Label:
berita
Langganan:
Postingan (Atom)