Ajang Tur de Singkarak (TdS) yang digelar pada 30 April-3 Mei ini memang baru saja usai. Secara umum ajang yang baru dihelat pertama kali ini berhadiah total USD60.000 (Rp660 juta) dan masuk dalam level poin 2.2 (berdasarkan kalender federasi sepeda internasional-UCI) ini berhasil menggaet banyak peserta mancanegara.
Keindahan alam ranah Minang yang mengiringi seluruh etape menjadi daya tarik tersendiri bagi para pebalap khususnya pebalap asing. Mulai dari etape pertama yang dimulai di Taman Budaya dan melewati Pantai Padang, mereka sudah disuguhi udara yang bersih meski panas terik menyengat mereka.
Para pebalap telah melahap 459 km yang terbagi dalam empat etape. Dimulai dari etape pertama Taman Budaya-Pantai Padang-Padang sepanjang 4,4 km kontur jalan tidak terlalu sulit. Pebalap cukup mengitari kota Padang sembari menikmati keindahan pusat kota.
Pada hari kedua jalur yang dilalui lebih menantang, yakni Padang-Bukit Tinggi (92,3 km). Sepanjang jalan menuju bukit tinggi, pemandangan yang disuguhkan tak kalah indah. Mereka melalui lembah anai yang terkenal dengan air terjunnya. Tampak pula jembatan-jembatan buatan Jepang pada masa penjajahan.
Jalanan menuju Bukit Tinggi berbukit dan menanjak, di sisi kiri-kanan jalan hutan alami menaungi. Tiba di bukit tinggi, tepatnya di menara jam gadang kembali kita dimanjakan dengan menara jam yang anggun. Kota kelahiran tokoh proklamator Muhammad Hatta ini dekat dengan objek wisata Ngarai Sianok, Gua Jepang, Pasar Atas, dan bawah Bukit tinggi.
Selanjutnya etape ketiga dibagi dalam dua waktu keberangkatan. Etape III-A melalui Bukittinggi-Ombilin-Sawahlunto sepanjang 84,6 km. Dilanjutkan etape III-B dari Ombilin-Sawahlunto menuju tempat akbar icon balapn ini, yakni danau singkarak. Kali ini jaraknya 96,6 km. Etape terakhir melalui Danau atas-dan Danau Singkarak, inilah lokasi yang menjadi puncak petualangan para rider. Konon keindahan, keasrian alamnya mampu menyihir setiap orang karena udaranya yang sejuk dan alami.
Semula akses jalan menuju danau ini mengalami kerusakan, namun semua dapat teratasi berkat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Teknikal Delegate Jamaluddin Mahmood mengatakan Pemda Sumbar cukup responsif dalam mengantisipasi jalan sepanjang Singkarak yang sempat berlubang.
Bahkan dia menyebut jumlah peserta sebanyak 143 orang di ajang ini merupakan yang terbanyak untuk event balap tingkat Asia. Persiapan yang baik juga menjadi salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan. Bahkan persiapanya dia anggap lebih tinggi dari Tur de Langkawi.
Sambutan masyarakat Padang juga cukup tinggi. Mulai dari anak sekolah, pegawai pemerintah, dan swasta berduyun-duyun menyaksikan kunjungan para pebalap Asia. Di sepanjang jalan yang dilalui mereka menampilkan bermacam atraksi dari mengibarkan bendera, mengambil foto, hingga bernyanyi ataupun sekedar melambaikan tangan kepada peserta yang lewat.
Sayangnya dukungan penuh dari Departemen Budaya dan Pariwisata dan Pemerintah Sumatera Barat tidak dibarengi dengan kenyamanan media peliput. Memang ada beberapa media yang masuk dalam list pihak Karma Event Organizer (EO). Namun, tidak semua terlayani dengan baik.
Berdasarkan obrolan dengan teman-teman wartawan, khususnya yang datang dari Jakarta. Pihak EO tidak melayani mereka dengan baik, saat sampai di Bandara Internasional Minangkabau banyak yang kebingungan karena tidak dipandu. Hal ini juga terjadi saat tiba di Hotel, tidak ada EO yang memandu mereka sehingga mereka belum sempat diperhatikan soal makan.
Ada dua mekanisme keberangkatan media berdasarkan , yakni berangkat Minggu, (26/4) dan Rabu, (29/4). Ada juga yang berangkat bersama pihak Humas Depbudpar, namun agaknya koordinasi antara keduanya kurang berjalan. Karena nama-nama media yang diundang tidak terdata dengan lengkap, sehingga media yang diundang Depbudpar tidak tercatat dalam list Karma EO.
Beberapa wartawan yang biasa meliput desk olahraga juga kesulitan mendapat kartu identitas peliput (ID). Ruang media center hampir seperti ruang kerja humas. Tidak banyak akses computer atau minimal akses wifi disediakan di setiap sudut Hotel Bumi Minang yang menjadi pusat informasi media.
Hendaknya ada pemisahan yang jelas soal pengelolaan media ini. Pasalnya ada beberapa lintas media, satu yang menangani wartawan olahraga khusus untuk peliputan balap sepeda yang bisanya dikelola oleh PB ISSI. Kedua, wartawan peliput Pariwisata. Jika ada pengaturan yang baik keduanya tentu dapat fokus menangani garapan liputannya.
Pihak EO juga hendaknya juga paham bagaimana mekanisme lomba, jadi mampu memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada media.
Mulai dari konferensi pers lewat email, maupun lewat pesan singkat. Sehingga dapat dengan mudah diakses wartawan. Selain itu mereka juga perlu melayani media dengan baik tanpa membeda-bedakan apa itu media asing, media dari Jakarta, maupun media setempat.
Hendaknya ini menjadi pelajaran jika mengadakan event yang melibatkan wartawan lintas desk berita. Sehingga baik wartawan yang biasa meliput olahraga, dan pariwisata dapat bekerja dengan baik sesuai bidang garapannya. Karena suksesnya pemberitaan suatu event oleh media, merupakan sukses kita semua selaku warga negara Indonesia.
S
Minggu, 03 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)